Prajurit TNI,Pesawat Tempur dan Kapal Perang Indonesia
Indonesia Vs Malaysia
Hubungan bilateral antara Indonesia dan Malaysia akhir-akhir ini mulai memburuk kembali akibat terjadinya kontraversi permasalahan di perairan Amabalat. Kasus perairan Ambalat yang diperebutkan oleh Indonesia dan Malaysia menjadi isu hangat yang mulai dibicarakan dikalangan dunia Internasional. Pasalnya, kepulauan Ambalat yang merupakan bagian dari Negara Indonesia diklaim oleh Nagara Malaysia sebagai bagian dari kepulauan Negaranya.
Dilihat dari garis batas perairan antara Indonesia-Malaysia, pulau yang berada di perairan Ambalat memang merupakan bagian dari kepulauan Indonesia. Entah apa yang menyebabkan sehingga Malaysia mengklaim bahwa pulau tersebut merupakan bagian dari Negaranya. Melihat kondisi yang dirasakan semakin memburuk, Negara Indonesia merasa terdesak dan berusaha mempertahankan kepulauan Nusantaranya yang dulunya dipertahankan dengan tumpah darah dan pengorbanan yang tidak sedikit pula.
Buruknya keadaan hubungan bilateral antara kedua Negara bertetangga ini, kini tinggal menunggu hasil kesepakan anatar kedua belah pihak. Kepala Negara RI Susilo Bambang Yudhoyono pernah mengatakan akan mengambil jalan perang apabila Malaysia benar-benar tidak mengindahkan seruan dan kesepakatan batas perairan antara Indonesia-Malaysia. Hal ini dapat saja dilakukan oleh Negara Indonesia dengan alasan Negara Malaysia mengancam stabilitas keamanan Nasional. Kapal-kapal patroli Malaysia dengan sengaja melanggar batas perairan yang ada. Padahal, Kapal Patroli dari TNI-AL Indonesia melakukan patroli disekitar perairan Ambalat, namun kapal patroli Malaysia dengan sengaja dan tidak mengindahkan batas perairan yang ada dan seolah-oleh menantang Negara Indonesia.
Menteri Pertahanan dan Keamanan Malaysia mengatakan tidak akan menyatakan perang terhadap Indonesia. Hal ini mungkin dikarenakan Malaysia merasa dipihak yang benar atau malah sebaliknya. Kasus yang memperburuk hubungan bilateral antara kedua Negara ini tidak hanya sebatas kontraversi kepulauan di perairan Ambalat namun, masih banyak kasus-kasus lainnya yang membuat betapa buruknya hubungan bilateral Indonesia-Malaysia. Kasus penganiayaan/penyiksaan terhadap TKI asal Indonesia yang bekerja di Malaysia merupakan salah satu kasus yang sering terjadi, belum lagi kasus yang sifatnya masih baru misalnya kasus Manohara yang sampai saat ini masih menjadi pembicaraan hangat.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya perhatian khusus dari pemerintah mengenai pengelolaan kepulauan Indonesia, khususnya pulau-pulau yang tidak dihuni oleh masyarakat dan pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan Negara-negara tetangga lainnya, agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Keseriusan Pemerintah dalam menangani kasus semacam ini pula perlu dipertegas lagi, agar negara tidak mengalami kerugian.
Pada dasarnya, memang pulau yang berada di perairan Ambalat tersebut terbagi dalam dua wilayah Negara. Sebalah utara seluas 187,23 km persegi masuk Negara Malaysia, sedangkan wilayah bagian selatannya seluas 246,61 km persegi milik Indonesia. Sangat disayangkan dilokasi perbatasan yang telah dipatok kini keadaannya sangat memprihatinkan, karena patok batas itu hampir tengelam ditimbun tanah dan tak terawat dengan baik.
Pelanggaran batas wilayah perairan yang dilakukan oleh kapal dan pesawat patroli Malaysia tercatat telah terjadi 14 kali sejak awal 2009. Hal ini membuat aparat TNI-AL semakin memperkuat/memperketat pengawasan di daerah perairan Ambalat. Selain dibatas perairan, TNI-AD juga giat melakukan patroli dan melakukan penambahan/mengirimkan pasukkannya di wilayah utara Kal-Tim, sebatik dan Nunukan terkait permasalahan Ambalat. Tidak hanya anggota TNI saja yang ambil bagian dalam pengamanan di daerah ini, akan tetapi kader simpatisan organisasi massa Patriot Nasional telah membuka posko pendaftaran Ganyang Malaysia di Kota Samarinda Kal-Tim, seperti yang dikatakan di Harian Kompas 10 Juni 2009. Mereka siap membantu TNI mempertahankan perairan Ambalat, sebagai hak daulat Indonesia meskipun lebih memilih diplomasi guna mengatasi klaim sepihak Malaysia.
Ketua Dewan Pengurus wilayah Patriot Nasional (Patron) Kal-Tim Andi Rani Andika, di Samarinda mengatakan "Kami sebagai warga Negara terpanggil untuk menjaga kedaulatan bangsa sehingga posko kami buka". Andi Rani mengatakan ada sekitar 9 posko yang telah dibuka di daerah Kal-Tim, salah satunya di Kelurahan Sungai Pinang Dalam, Kec.Samarinda Utara, dan hasilnya sekitar 7.500 orang telah mendaftarkan diri, ujarnya. Sebagai pendaftar, menurut Andi mereka dikirim dan dilatih di Tanggerang, Banten, dibawah pengawasan Patron Pusat.
Selain itu, Komando Daerah Militer (Kodam) VI/Tanjungpura saat ini pun menyiapkan 630 prajurit di Markas Batalyon Infanteri 611/Awang Long, Kutai Kartanegara, untuk menjaga perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan. Kodam Tanjungpura pun mendapat tambahan 115 prajurit dari Yonif 631/Antang, Kal-Teng. Mereka berlatih bersama prajurit Yonif 611/Awang Long sejak maret 2009.(Harian Kompas 10 Juni 2009)
Melihat kondisi Negara Indonesia yang seperti ini, maka kita sebagai warga Negara patutlah menumbuhkan semangat dan rasa Nasionalisme yang tinggi, agar kedaulatan Negara tetap utuh.
Malulah kiranya kita sebagai Rakyat Indonesia apabila bangsa ini di pecah-belah oleh bangsa lain dengan permasalahan yang terkait dengan kadaulatan Negara. Oleh sebab itu, semangat patriotik dan Nasionalisme perlu kita pupuk dan tumbuhkan, agar tercipta suasana yang aman dan sejahtera bagi Rakyat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar